JAKARTA, KOMPAS.com — Anak perempuan lebih ceriwis? Ah, tidak juga. Sebab, keceriwisan anak tidak ada sangkut pautnya dengan gender, tapi bergantung pada karakter, lingkungan, dan pola asuh. Anak laki-laki ataupun perempuan sama-sama bisa jadi anak ceriwis.
Anak laki-laki bisa ceriwis jika tinggal di lingkungan yang orang-orangnya senang berekspresi secara verbal. Si perempuan boleh jadi menjadi seorang pendiam bila ia dibesarkan di lingkungan yang tidak talkative.
Kepribadian juga berperan dalam menentukan, apakah anak ceriwis atau tidak. Anak dengan kepribadian extrovert (terbuka) umumnya lebih banyak bicara dibandingkan dengan yang introvert (tertutup). "Ini bisa terjadi pada perempuan maupun laki-laki," papar Ceti Prameswari, MPsi, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia.
Hal yang perlu diingat, biarkanlah kepribadian anak berkembang apa adanya. Jadi, jika anak tidak ceriwis, kita tidak perlu memaksakan anak menjadi ceriwis. "Mentang-mentang kita tahu ciri anak cerdas salah satunya adalah ceriwis, maka kita mati-matian mengasah agar anak menjadi ceriwis," tukas Ceti.
Itu jelas tidak benar karena yang terjadi bisa sebaliknya, anak akan semakin tutup mulut. Hal yang mungkin dilakukan adalah memberikan stimulus agar anak yang tadinya sangat pendiam menjadi sedikit terbuka.
Caranya dengan membiasakan agar ia dapat mengungkapkan isi pikirannya secara wajar. Tapi, ingat lho, ini bukan untuk memaksakan ia menjadi anak yang ceriwis atau senang bercakap-cakap.
No comments:
Post a Comment